PENGEMBANGAN PRAMUWISATA
OLAHRAGA
DALAM BISNIS
PARIWISATA
DI PROVINSI
BALI
Oleh:
Syarif
Hidayat ¹
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Email:hidayat_s77@yahoo.co.id
Abstrak
Perkembangan bisnis pariwisata dewasa ini sudah sangat baik.
Bidang ini merupakan saat merupakan andalan pemerintah untuk meningkatkan
devisa. Perkembangan yang terjadi saat ini adanya pergeseran tujuan orang
berwisata, dari wisata pasif ke aktif. Bali sebagai daerah unggulan dalam
pengembangan bisnis ini harus terus di kembangkan salah satunya dengan
mengembangkan alternatif bisnis pariwisata yaitu bidang olahraga melalui bisnis
olahraga pariwisata. Bisnis olahraga pariwisata tidak terlepas dari sumber daya
manusia pramuwisata yang profesional. Dalam penelitian akan diungkap tentang
penyiapan pramuwisata olahraga khususnya olahraga bahari di Provinsi Bali.
Penelitian menggunakan metode survey dengan teknik wawancara dan pencatatan
dokumen analisis data menggunakan metode kualitatif. Sampel dari penelitian ini
adalah Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwsata Kabupaten Badung,
Buleleng dan kota Denpasar, DPD GAWAWISRI Bali, DUDI olahraga pariwisata
khususnya wisata bahari. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, secara umum
pihak pemerintahan telah menerbitkan peraturan daerah yang mengatur tentang
pariwisata dan pramuwisata, akan tetapi yang langsung mengatur secara khusus
tentang jenis pariwisata khusus yaitu olahraga belum ada. Selanjutnya data yang
diperoleh di DPP GAWAWISRI menyatakan bahwa telah diadakannya pelatihan
pramuwisata yang berkerjasama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Bali dengan
frekuensi sekali dalam satu tahun. Sedangkan pola yang telah di terapkan di
DUDI olahraga pariwisata yaitu dengan model pembimbingan dari pramuwisata
senior dan yunior, khusus olahraga diving pola yang sudah berkembang adalah
mencari lisensi di organisasi yang diakui dan di Internasional. Akan tetapi
kenyataan dilapangan hal tersebut sering dilanggar oleh DUDI dengan
memanfaatkan pramuwisata freeland yang secara lisensi belum boleh memandu, hal
ini sering dilakukan bila wisatawan ramai dan jumlah pramuwisata kurang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemerintah perlu mengatur secara khusus
tentang olahraga pariwisata, perlunya kerjasama yang baik antara pemerintah dan
pihak pengelola pariwisata olahraga, perlunya lembaga akreditasi atau lisensi
yang dikelola secara profesional.
Kata kunci:
pengembagan,pramuwisata olahraga,wisata bahari
Abstract
The development of tourism
businesses today are very good . This field is currently a government pledge to
increase foreign exchange. Developments in the current shift in the purpose of
the tour, from the passive to the active tourist . Bali as an area of
excellence in business development should continue to be developed one by
developing alternative tourism business is the business of sports through
sports tourism. Sports Business tourism is inseparable from the human resources
professional tour guides . In the preparation of the research will be revealed
about the nautical sports , especially sports tour guides in Bali . The study
used survey method by interviewing and recording of documents using qualitative
methods of data analysis . Samples from this study is the Bali Provincial Tourism
Office , Tourism Office Regency of Badung
, Buleleng and Denpasar , GAWAWISRI DPD
, Dudi sports tourism, especially nautical tourism . The result showed that ,
in general, the government has issued regulations governing the area of tourism
and tour guides , but are directly specifically regulate specific types of
tourism that are not sports . Furthermore, the data obtained in the DPD
GAWAWISRI state that has been holding training tour guides in collaboration
with the Department of Tourism of the Province of Bali with a frequency of once
a year . While the pattern that has been adopted in DUDI sport tourism is the
model of coaching of senior and junior guides , specialized sport diving
pattern that has developed is seeking licensure in a recognized organization
and International . But the fact the field that frequently violated by Dudi by
utilizing freeland guide license which has not been allowed to walk , this is
often done when tourists are less crowded and the number of guides . The
conclusion from this study is that the government needs to regulate
specifically about sports tourism , the need for good cooperation between the
government and the manager of sports tourism , the need for accreditation or
licensing agency professionally managed .
Keyword: development
, sports guides , marine tourism
A. Pendahuluan
Pariwisata
merupakan bisnis yang sangat berkembang dewasa ini, tidak terkecuali di
Indonesia. Program peningkatan
pembangunan Indonesia dewasa ini menempatkan sektor pariwisata sebagai salah
satu sumber utama pendapatan devisa. Tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung di Indonesia dan Bali
khususnya terus meningkat dari tahun sebelumnya. Pendapatan negara/devisa negara melalui pariwisata akan
meningkat selama sumber daya pendukung pariwisata baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya alam terus di kembangkan dan dijaga.
Perkembangan industri pariwisata Indonesia dewasa ini
sudah baik. Indonesia yang
terdiri dari beribu-ribu pulau merupakan negara yang kaya akan ragam tempat wisata. Antara lain wisata budaya, wisata
religi, wisata seni, dan wisata dengan minat khusus yaitu wisata olahraga
khususnya di alam terbuka. Standeven
dan de Knop
(dalam Jürgen Schwark 2007) juga
menyediakan gambaran dari perkembangan
sejarah dan hubungan antara olahraga
dan pariwisata. Konggres pertama
tentang olahraga dan pariwisata dilaksnakan pertama kali pada tahun 2001 yang
menghasilkan tentang pentingnya studi khusus tentang olahraga pariwisata untuk
meningkatkan tingkat perekonomianTempat wisata khususnya
wisata alam antara lain wisata bahari, wisata gunung, wisata sungai dan danau serta
wisata hutan. Liburan
di olahraga musim
dingin banyak melakukan olahraga disalju dan es, Sedangkan di musim panas ada olahraga air seperti
surving, windsurving, diving,
trekking, bersepeda
gunung dan bersepeda di dataran rendah (Jürgen Schwark 2007) Pengembangan pariwisata di Indonesia seyogyanya memanfaatkan alam
Indonesia sebagai modal dasar.
Perubahan pola hidup dan kebutuhan manusia pasti akan
mempengaruhi minat berwisata. Seiring dengan peningkatan pola hidup, maka
tujuan orang berwisata pada saat sekarang ini sudah sangat beragam. Adanya
aktifitas berwisata yang baru sangat dinantikan oleh sebagian besar wisatawan. Perubahan tingkat pola hidup manusia tersebut berpengaruh terhadap aktifitas
di luar rutinitas sehari-hari atau kebutuhan akan adanya hiburan menjadi
meningkat yaitu dengan berwisata.
Sebagai salah satu sektor andalan dan primadona
pembangunan nasional, maka pariwisata harus terus berbenah mencari
terobosan-terobosan baru yang sangat mendukung dunia pariwisata itu sendiri.
Pengembangan wisata yang berwawasan lingkungan atau yang disebut dengan
ekowisata harus digalakkan di Indonesia, tidak terkecuali di Bali yang merupakan
tujuan wisata utama di Indonesia.
Dewasa ini kedatangan wisatawan yang datang di daerah
tujuan wisata sangat ingin melakukan aktifitas fisik di daerah tujuan
wisata, Sehingga penggalian potensi alam
yang tetap mengacu pada pelestarian alam di daerah tujuan pariwisata sangat
membantu dalam pengembangan pariwisata. Pengembangan wisata alam sangat tepat
dikembangkan di negara Indonesia, menurut Fandeli (2001:137) wisata alam sangat
cocok dikembangkan di Indonesia karena negara kita sangat kaya akan sumber alam (hutan, gunung, laut, sungai, danau dan goa)
sebagai sumber daya berpotensi untuk wisata alam. Pengembangan wisata alam jika
dikelola dengan tepat juga akan mempengaruhi lama wisatawan tinggal di daerah
tujuan wisata.
Sebagai salah satu tempat tujuan wisata, Bali masih
banyak menyimpan potensi alam yang perlu segera dikembangkan. Pengembangan
daerah tujuan wisata atau jenis wisata baru yang ada di Bali merupakan sesuatu yang harus
segera dilaksanakan, karena daya tarik wisata Bali pada saat sekarang ini
secara umum adalah kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Bali sangat masih
sangat menjaga warisan para leluhur. Peran alam sebagai sumber daya alam dalam
kepariwisataan adalah sangat besar dan penting (Fandeli 2001:15)
Grafik peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah
tujuan wisata di Indonesia dan Bali
sudah sangat besar. Hal ini harus segera ditindak lanjuti. Salah satu
cara adalah dengan pemanfaatan alam yang ada di bali sebagai aset pariwisata
baru khususnya olahraga. Perkembangan yang cukup menarika dalah semakin tumbuhnya wisatawan dengan minat khusus (Fandeli 2001).
Wilayah geografis
Bali yang terdiri dari daratan, lautan/pantai dan pegunungan merupakan potensi
alam yang sangat cocok untuk
dikembangkan sebagai daerah pengembangan
ekowisata. Pulau Bali adalah sebuah provinsi yang terdiri dari 8
Kabupaten dan 1 Kota yaitu: Kabupaten. Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung,
Karangasem, Jembrana, Tabanan, Buleleng dan Kota Denapasar. Provinsi Bali
mempunyai potensi besar untuk mendukung pariwisata khususnya wisata dengan
minat khusus yang tetap mengacu pada pengembangan ekowisata, tetapi sampai
saat ini belum optimal dalam
pemanfaatannya. Kondisi ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan
obyek/atraksi wisata yang berupa olahraga pariwisata.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Eropa mendapatkan kesimpulan bahwa olahraga minat khusus
yang berupa olahraga hiking
merupakan olahraga yang dapat meningkatkan wellness
seseorang. Selain itu olahraga
hiking merupakan upaya pengembangan daerah pedesaan untuk meningkatkan
kualitas perekonomian daerah (Rodrigues, Kastenholz, dan Rodrigues; 2010),
namun sumber daya manusia sebagai pendukung terlaksananya minat khusus tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Dimana
SDM merupakan penggerak terlaksannya sebuah kegiatan pariwisata.
Perkembangan
wisatawan dengan minat khusus yaitu olahraga dalam artian wisatawan yang
melakukan aktifitas jasmani bukan hanya menikmati event olahraga mulai
meningkat, hal tersebut harus segera diantisipasi dengan penyiapan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ahli dan profesional dalam bidang ini. SDM dibidang pariwisata identik dengan
sebutan pramuwisata. Pramuwisata adalah orang yang sangat berperan penting
dalam pelaksanaan kegiatan olahraga di tempat wisata. Pramuwisata merupakan
ujung tombak dalam pengembangan pariwisata.
Pramuwisata olahraga
yang ahli dan profesional harus segera disiapkan oleh semua pihak yang
berkecimpung dalam bisnis olahraga pariwisata maupun oleh pemerintah. Selama
ini pramuwisata yang khusus menangani bidang olahraga pariwisata belum di
siapkan dengan profesional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa Tugas Akhir
(TA) Mahasiswa D3 Pelatihan Olahraga Pariwisata yang mengangkat
tema tentang profesionalisme para pramuwisata minat khusus olahraga. Dari beberapa TA tersebut dapat dilihat bahwa 1) proses perekrutan bersifat kekeluargaan, mengakomodir remaja putus sekolah ataupun pengangguran dari sekitar perusahaan; 2) pengembangan keterampilan merupakan warisan yang diturunkan dari senior kepada junior; 3) tidak ada kartu tanda kelulusan ataupun keikutsertaan pada program latihan dasar; serta 4) keterampilan komunikasi didapat berdasarkan otodidak tanpa pelatihan khusus yang diberikan oleh perusahaan.
Hal
yang biasa diberikan oleh perusahaan adalah etika
yang sifatnya umum, seperti dilarang meminta “tip” pada tamu dan bagaimana menyambut tamu agar tertarik untuk melakukan kegiatan di perusahaan mereka. Sedangkan pengetahuan yang sifatnya pengetahuan pendukung pramuwisata masih kurang diberikan olah perusahaan. Selain itu
pula perusahaan terkadang menarik pramuwisata yang sifatnya tidak tetap
(temporary) yang diambil dari perusahaan lain ataupun dari mantan pramuwisata di perusahaan itu.
Berkaca
dari hal tersebut maka peneliti akan akan mengungkap tentang profil dan penyiapan pramuwisata minat khusus (olahraga) khususnya wisata bahari di
Bali,. Hal ini disebabkan karena pentingnya peran pramuwisata sebagai ujung tombak bisnis pariwisata serta mewakili karakteristik masyarakat Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
B. Metode
Penelitian
1.
Jenis
Penelitian.
Penelitian
ininadalah penelitian pengembangan yang mencoba mengungkap model pengembangan
Sumber Daya Manusia (pramuwisata)
industri pariwisata olahraga di Bali
2. Bahan
dan Alat Penelitian
Bahan
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a.
Peta wilayah tempat pelaksanaan olahraga
pariwisata
b.
Data statistik pengunjung tempat olahraga
pariwasata
c.
Data perusahaan pengelola olaharaga pariwisata
di Bali
3.
Cara Pengumpulan Data
Data
yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data
primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari pengumpulan data pada perusahaan
yang bergerak dibidang pariwisata minat khusus
(Olahraga) di Provinsi Bali. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari informasi yang dapat dari para pramuwisata
yang tersedia diperusahaan.
Sehingga
kedua data iniakan di lakukan pendataan serta cross chek
agar diketahui secara pasti apa yang terjadi..
Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan sampel wilayah atau area probability sampel. Dimana sampel dilakukan dengan memilih beberapa wilayah untuk mewakili populasi. Dalam hal ini sampel
yang dipilih adalah daerah yang memiliki usaha yang bergerak dibidang pariwisata minat khusus
(olahraga), yaitu Kabupaten Badung, Kota denpasar Gianyar dan Kabupaten Karangasem.
4. Cara
Analisis Data
Setelah
data terkumpul maka data di analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dilapangan. Serta mengetahui hal-hal apa saja
yang memiliki urgency yang tinggi sehingga mendapatkan terwujudnya tenaga pekerja dalam hal ini pramuwisata
yang ideal.
C.
HASIL
PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini yang dilaksanakan dari
bulan Juli sampai dengan September 2014, data didapatkan di Dinas Pariwisata
Provinsi Bali, Dinas pariwisata Kabupaten Badung, Buleleng dan Kota Denpasar
serta di Dunia Usaha Dunia Industri Pariwisata bahari yang tersebar di Provinsi
Bali yang diwakili di Kabupaten Badung, Buleleng, Karangasem dan Kota Denpasar.
Berdasarkan data yang di peroleh ditemukan data sebagai berikut:
1. Dinas
Pariwisata Provinsi Bali dan Dinas Pariwisata Kabupaten di Bali
a. Peraturan
(Regulasi) tentang pariwisata dan pramuwisata di Provinsi Bali
Data yang diperoleh menyatakan bahwa
diprovinsi Bali yang memang mengandalkan pariwisata sebagai komponen utama
dalam mendapatkan APBD sudah mengatur secara baik tentang pariwisata melalui
Peraturan Gubernur Bali
Dalam pengelolaan bidang pariwisata di
bali semua pihak harus mengacu pada pergub tersebut. Dari data yang diperoleh
di Dinas Pariwisata Bali,menyatakan bahwa pergub ini mengikat dan berlaku di
semua elemen pariwisata yang ada di Provinsi Bali.
Selanjutnya pergub ini sudah
disosialisasikan oleh Dinas Pariwisata Provinsi di semua Dinas Pariwisata di
semua kabupaten dan kota se-Bali. Dari data yang diperoleh oleh peneliti memang
benar bahwa pergub ini sudah diterima oleh semua Dinas Pariwisata se-
Bali.
b.
Ketentuan Pramuwisata minat
khusus,
Berdasarkan data yang diperoleh
peneliti menyatakan bahwa ketentuan pramuwisata khusus yang ada di dunia usaha
dunia industri di Bali belum diatur secara khusus oleh pemerintah provinsi
Bali.
Kenyataan ini diperoleh di Dinas
pariwisata Provinsi,nara sumber menyatakan bahwa yang sudah diatur adalah
pramuwisata secara umum yang, jika ketentuan tersebut diterapkan di pariwisata
minat khusus tidak tepat.
c.
Usaha Dinas pariwisata dalam
usaha mengembangkan pramuwisata
Dari data yang diperoleh menyatakan
bahwa usaha yang telah dilakukan adalah mengadakan bimbingan teknis (Bintek)
kepada para pramuwisata khusus wisata air (bahari) bekerjasama dengan DPP
GAWAWISRI Bali. Pelaksanaan Bimtek dilakukan setahun sekali di Dinas Pariwisata
Bali, sedangkan Dinas Pariwisata kabupaten yang sudah melakukan hanya Kabupaten
Badung, sedangkan Dinas Pariwisata ksbupaten yang lain bersifat pasif hanya
bersifat menunggu koordinasi dari Provinsi.
d.
Lembaga yang menaungi jasa
wisata tirta,
lembaga dari pemerintah belum ada,
tetapi para pengusaha wisata tirta mendirikan organisasi bernama Gabungan
Pengusaha Wisata Tirta (GAWAWISRI). DPP GAWAWISRI Bali mempunyai fungsi untuk
menfasilitasi para pengusaha wisata tirta untuk mengembangkan wisata tirta yang
ada di Provinsi Bali.
2.
Organisasi Pengusaha Wisata
Tirta
a.
Data DUDI Wisata Tirta di
Bali
Data yang diperoleh peneliti DUDI yang terdaftar secara resmi di DPP GAWAWISRI
Bali berjumlah 270 perusahaan, data ini didapatkan di sekretaritan DPP
Gawawisri Bali di Renon Bali. Jumlah ini tersebar di kabupaten kota di
Bali,akan tetapi sebagian besar terkonsentrasi di Kabupaten Badung.
b.
Usaha yang dilakukan dalam
mengembangkan pramuwisata tirta,
dalam pengembangan yang dilakukan oleh DUDI adalah bekerjasma
dengan GAWAWISRI dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali melalui BIMTEK
c.
Tata tertip atau pedoman
pramuwisata tirta,
pedoman yang dilaksanakan dibuat dalam
bentuk Standar Operasional (SOP) untuk masing-masing jenis wisata tirta.
d.
Regulasi pramuwisata tirta
Aturan yang khusus yang mengatur
tentang pramuwisata olahraga bahari sampai saat ini belum dikeluarkan oleh
pemerintah. Pelaksanaan di masing-masing bidang di atur oleh perusahaan dan
juga organisasi yang mengeluarkan lisensi contoh bidang Diving ada PADI
(Profesional Assosiasi Diving Instruktur)
dibelum ada regulasi yang ada
3.
Dunia Usaha dan Industri Wisata Tirta
a. Jumlah
pramuwisata, jumlah pramuwisata yang ada disetiap DUDI sangat bervariasi,akan
tetapi dilapangan masih banyak ditemukan pramuwisata freeland. Data ini
didapatkan pada saat peneliti terjun dilapangan.
b.
Perekrutan pramuwisata,
perekrutan dengan cara mengumumkan dan
menginformasikan kepada calon tenaga kerja. khusus untuk olahraga selam harus
memiliki lisensi dari lembaga diving internasional. Untuk rafting belum ada
lisensi. Data yang diproleh menyatakan bahwa sebenarnya ada lemabaga khusus
yang memberikan lisensi pramuwisata, akan tetapi sedikit yang mencari itu
khususnya pramuwisata freeland.
c.
Pengembangan pramuwisata
pengembangan pramuwisata dilakukan
oleh masing-masing perusahaan. Cara yang dilakukan adalah dengan model
pembimbingan antara yang senior dan yunior,hal ini dilakukan agar proses
regenerasi terjaga.hal ini dilakukan khususnya di bidang rafting.
d. Tata
laksana pelayanan pramuwisata,
diatur dituliskan dalam bentuk SOP yang disusun oleh GAWAWISRI dan
para operator yang tergabung organisasi tersebut.
e.
Layanan yang didapat oleh
pramuwisata.
layanan asuransi didapatkan oleh pramuwisata.
D. PEMBAHASAN
1. Data
dari Dinas Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota
Data
yang di dapatkan di Dinas Pariwisata baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten dan
Kota,menunjukkkan bahwa kebijakan tentang pariwisata tirta di provinsi Bali
semua dalam satu koordinasi yaitu Dinas Pariwisata provinsi hal ini mengacu
pada Pergub No 24 tahun 2008 tentang penyediaan wisata tirta pada pasal 1. Hal
ini mempunyai alasan agar tidak ada tumpang tindih antar daerah khususnya
berkaitan dengan regulasi atau aturan yang tetap bersumber dari UU no 10 th
2009 tentang Kepariwisataan Indonesia yang menyatakan bahwa kapariwisataan yang
ada di provinsi diatur oleh gubernur melalui dinas Pariwisata.
Data
dari informan menyatakan bahwa wewenang untuk menerbitkan regulasi dan aturan
tentang wisata tirta adalah diprovinsi.hal tersebut tertera pada pasal 3 ayat 1
Pergub No 24 th 2008 menyatakan bahwa setiap ijin usaha tirta diajukan ke
Gubernur melalui dinas. Setiap daerah
tingkat II di Provinsi Bali selalu mengacu pada Pergub tersebut.
Wisata
tirta yang ada di provinsi Bali sangat mendukung dalam bisnis pariwisata. Hal
ini bisa diamati dan di temukan di daerah tujuan wisata tirta selalu ramai oleh
wisatawan seperti: tanjung benoa, pantai sanur,sungai ayung, pantai tulamben,
pulau menjangan. Wisata tirta tidak bisa dilepaskan dari peran pramuwisata
olahraga tirta. Keberadaan pramuwisata ini sangat vital, karena pada umumnya
wisata tirta adalah olahraga petualangan yang memerlukan tingkat keselamatan
yang tinggi. Beberapa kejadian yang fatal telah terjadi di lapangan seperti
wisatawan hanyut di sungai karena rafting,wisatawan meninggal saat diving.
Kenyataan di lapangan ternyata keberadaan pramuwisata minat khusus seperti
wisata tirta ini belum diatur secara tertulis dalam bentuk perda atau pergub.
Pemerintah Provinsi Bali memang menerbitkan Perda no 5 tahun 2008 tentang
pramuwisata. Dalam Perda tersebut masih sangat umum dan belum mengkhusus dalam
menyatakan tentang pramuwisata khusus wisata tirta.
Pengembangan
pramuwisata khususnya wisata bahari telah dilakukan oleh Dinas pariwisata yang
dilakukan dalam bentuk bimbingan teknis (BIMTEK). Bimtek dilakukan sekali dalam
setahun yang melibatkan para anggota GAWAWISRI Bali. Materi diklat disusun oleh
dinas pariwisata antara lain menilputi: etika,komunikasi dan Pertolongan
pertama pada kecelakaan.
2. Data dari assosiasi
perusahaan (Gawawisri)
Sedangkan di pihak assosiasi pengusaha, dalam
hal menyiapkan tentang pramuwisata telah bekerjasama dengan para pengusaha
untuk terus mengembangkan pramuwisata. Dalam usaha untuk kearah tersebut telah
dilakukan dengan menyusun SOP tentang olahraga tirta, khusus untuk olahraga
diving setiap instruktur yang mempunyai lisensi dari organisasi diving
internasional yang berhak mendampingi wisatawan untuk diving. Pengawasan ketat telah dilakukan oleh
organisasi tersebut, ada waktu tertentu setiap instruktur untuk melaporkan
secara berkala setiap instruktur.
Gawawisri juga merupakan jembatan dari pihakpengusaha ke pemerintah. Setiap
minimal setahun sekali ada koordinasi antara pemerintah dengan pihak gawawisri.
Anggota Gawawisri mempunyai tanggungjawab
untuk terus melakukan komunikasi dan mengikuti pertemuan-pertemuan yang
diadakan oleh Gawawisri.
3. Data di DUDI Olahraga
Pariwsata.
Dunia Usaha dan Dunia Industri yang
disingkat DUDI atau kalau di lapangan
disebut operator Olahraga pariwisata. Operator-operator ini mempunyai aturan
dan kebijakan yang dikembangkan disetiap operator. Peran operator untuk
mengembangkan pramuwisata sangat besar karena secara langsung pramuwisata
merupakan staf pegawai di masing-masing
operator. Usaha yang sering dilakukan untuk mengembangkan pramuwisata adalah
pola pendampingan dari pramuwisata senior ke yunior. Pola ini bisa dilaksanakan
bila instruktur yunior telah memenuhi syarat minimal yang ditentukan oleh
operator. Hal ini didapatkan hasil
wawancara dengan salah satu pemilik operator bahwa pihak operator akan terus
melakukan regenerasi pramuwisata.
D.Penutup
1. Simpulan
a. Perkembangan olahraga pariwsata di Bali
saat pesat
b. Belum optimalnya peran pemerintah dalam
bidang ini.
c.penyiapan pramuwisata
olahraga melalui BIMTEK dan pembimbingan oleh senior dan secara mandiri
d. Banyak ditemukannya pramuwisata yang
bersifat freeland, yang ada di daerah tujuan wisata
2.
Saran
a. Penerbitan peraturan daerah yang mengatur
tentang olahraga pariwisata dan pramuwisata olahraga perlu segera di tindak
lanjuti.
b. Fungsi organisasi pengusaha harus
dioptimalkan
c. Penyiapan pramuwisata olahraga harus lebih
baik.
Daftar
Pustaka
Arcangela Giorgio 3rd IRTINTERNATIONAL SCIENTIFIC CONFERENCE -
Vol.1 2013
Choi,Soojin.,Leht, Xinran Y., Morrison,Alastair M.,and Jang,SooCheong
(Shawn).,(2012). Structure of Travel Planning Processesand Information Use
Patterns.Journal of Travel Research.51(1) 26–40. SAGE
PublicationsReprints and permission:sagepub.com/journalsPermissions.nav. DOI:
10.1177/0047287510394191. http://jtr.sagepub.com.
Gayle
Jennings (2007). Water Based Tourism,
sport leisure and recreation experience. British library cataloguing in
publication data. England
Hidayat, syarif
(2006)Olahraga Sebagai Pendukung Bisnis Pariwisata. Jurnal IKA Undiksha Vol 4
No 1 2006
............... (2008) Identifikasi Pengembangan Olahraga Tracking
di Kecamatan Sukasada Buleleng. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sain &
Humaniora
...................
(2009)Guide for Sport Tourism. Prosidding Internasional Conference on Sport. UNY
Jürgen Schwark European Journal for Sport and Society 2007, 4 (2),
117-132
Kesrul (2004) Panduan Praktis Pramuwisata Profesional.
Graha Ilmu. Yogyakarta
Kodyat (1999). Pengantar Ilmu Pariwisata
Kompas edisi 13
Oktober 2004
Loukaitou-Sideris, Anastasia.andSoureli,
Konstantina. (2012) Cultural
Tourism as an EconomicDevelopment Strategy for EthnicNeighborhoods Economic
Development Quarterly.26(1) 50–72. Reprints and
permission:sagepub.com/journalsPermissions.nav. DOI: 10.1177/0891242411422902.
http://edq.sagepub.com
Marpaung
(2002). Pengetahuan kepariwisataan. Alfabeta.
Bandung.
Nurita, Tata (1999). Perencanaan Perjalanan Wisata.
Depdikbud. Jakarta
Peraturan Daerah
Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata, Lembaran Daerah Provinsi
Bali Tahun 2008 Nomor 5 – Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 3.
Rodrigues,Aurea.,Kastenholz, Elisabeth.,dan Rodrigues, Apolo´
nia.(2010). Hiking As A Wellness Activity An Exploratory Study OfHiking
Tourists In Portugal. Journal of Vacation Marketing16(4) 331–343.Reprints and
permission:sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav.DOI:
0.1177/1356766710380886.jvm.sagepub.com
Santosa (1998). Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Pustaka
Dua. Surabaya
Sukahar, Anthon (1995). Ekosistem Pesisisr Karakteristik dan
Prospeknya untuk Pembangunan Kepariwisataan Alam. Makalah
Suwantoro, Gamal
(1997). Dasar-Dasar Kepariwisataan.
Andi. Yogyakarta
Sukintaka (2004). Teori Pendidikan Jasmani. Nuansa
Cendekia. Bandung
Tanjung (1995). Ekosistem Laut, Potensi dan Masalahnya untuk
Kepariwisataan Alam. Makalah
Undang-Undang No 3
tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional.Jakarta
Yoeti, Oka (1991). Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional.
Angkasa. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar