MEDIA KOMUNIKASI DALAM MEMPERKAYA KAJIAN ILMU KEOLAHRAGAAN INDONESIA
syarif UNDIKSHA Bali
- syarif hidayat
- dosen fakultas olahraga dan kesehatan Undiksha yang mulai menfokuskan untuk pengembangan olahraga pariwisata di Indonesia
Rabu, 26 Mei 2021
Kearifan lokal pendukung sport tourism
Selasa, 25 Mei 2021
#sporttourism undiksha
Senin, 24 Mei 2021
#guidingforsporttourism development
PENGEMBANGAN
MODEL PRAMUWISATA
OLAHRAGA
DI
KABUPATEN BULELENG
Oleh:
Syarif
hidayat, dkk
Syarifikor2014@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan
bisnis olahraga pariwisata dewasa ini sudah mulai mendapatkan perhatian dari
pelaku bisnis pariwisata. Bali sebagai daerah unggulan dalam pengembangan
bisnis ini harus terus di kembangkan salah satunya dengan mengembangkan
alternatif bisnis pariwisata yaitu bidang olahraga pariwisata khususnya di
Kabupaten Buleleng. Perkembangan olahraga pariwisata tidak terlepas dari adanya
pramuwisata yang profesional. Kenyataan
di lapangan menurut pengamatan peneliti bahwa ketersediaan dan penyiapan
pramuwisata profesional di bidang olahraga pariwisata belum tertata dengan
baik, penelitian ini direncanakan dilaksanakan dua tahun pendanaan. Tujuan dari
penelitian ini pada tahun pertama adalah analisis kebutuhan dan peneliti
mencoba mengungkap secara riil tentang kondisi penyiapan dan pengembangan
pramuwisata olahraga pariwisata di Kabupaten Buleleng Bali, sehingga tercipta
draf model pengembangan pramuwisata olahraga di Kabupaten Buleleng. Tahun kedua
akan dilakukan kesahihan model dilakukan uji ahli meliputi ahli olahraga
rekreasi, ahli pengembangan pramuwisata, dan ahli model. Ujicoba kelompok untuk
memperoleh kepraktisan dan keefektifan model. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan dengan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian ini pada tahun pertama adalah ditemukannya
analisis kebutuhan yaitu Kabupaten Buleleng cocok dikembangkan pariwisata minat
khusus berbasis olahraga, pengembangan pramuwisata olahraga di Kabupaten
Buleleng sampai dengan saat ini belum dilakukan, pengembangan yang sudah
dilakukan selama ini adalah perlakuan yang sama kepada peserta pelatihan baik
pramuwisata umum dan pramuwisata minat khusus. Hasil yang kedua adalah
tersusunnya draf model pengembangan yang cocok dalam penyiapan pramuwisata
olahraga pariwisata di Kabupaten Buleleng Bali.
Kata
kunci: Pengembangan, Pramuwisata, Industri
Olahraga.
ABSTRACT
The development of the tourism sports
business today has begun to get attention from tourism businesses. Bali as a
leading region in the development of this business must continue to be
developed, one of which is by developing alternative tourism businesses, namely
tourism, especially in Buleleng Regency. The development of tourism sports is
inseparable from the presence of professional guides. The reality in the field
according to researchers' observations that the availability and preparation of
professional tour guides in the field of tourism sports has not been well
organized, this study is planned to be carried out two years of funding. The
purpose of this study in the first year was needs analysis and researchers
tried to uncover in real terms the conditions for the preparation and
development of tourism sports guides in the Buleleng Regency of Bali, so as to
create a draft model for the development of sports guides in Buleleng Regency.
The second year the validity of the model will be carried out by expert testing
including recreational sports experts, tour development experts, and model
experts. Group trials to obtain practicality and effectiveness of the model.
The method used in this study is a development research method with a
qualitative approach. The results of this study in the first year were the
discovery of a needs analysis, namely Buleleng Regency suitable for developing
tourism with special interest based sports, the development of sports guides in
Buleleng Regency until now has not been done, the development that has been
carried out so far is equal treatment to trainees both general guides and
special interest guides. The second result is the drafting of a development
model that is suitable in preparing tourism tourism guides in the Buleleng
Regency, Bali.
Keywords: Development, Guides, Sports Industry.
A.
Pendahuluan
1. Latar Belakang.
Bidang keolahragaan saat ini sudah
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas olahraga baik untuk prestasi,
kesehatan, maupun rekreasi. Perkembangan
peradaban manusia modern diyakini salah satunya dipengaruh oleh perkembangan
bidang keolahragaan. Olahraga telah menjadi gaya hidup bagi hampir semua orang,
sehingga pengembangan ilmu keolahragaan harus terus dilakukan demi mengikuti
perkembangan kebutuhan manusia modern.
Menurut Undang-undang
Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, keolahragaan adalah segala aspek
yang berkaitan dengan olahraga yang memerlukan pengaturan, pendidikan,
pelatihan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan. Sejalan dengan hal
tersebut, maka bidang keolahragaan harus terus dikembangkan demi kemajuan
bangsa. Tugas dari akademisi keolahragaan salah satunya berkaitan dengan
pengembangan bidang keolahragaan agar lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia
modern.
Perpaduan bidang olahraga dan pariwisata merupakan hal
yang sangat menarik untuk dikaji. Salah satu sisi menarik adalah dari dua
payung hukum yaitu Undang-undang
Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan
Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Indonesia, kedua Undang-undang tersebut ternyata memuat tentang perlunya
penggabungan dua bidang ini yaitu bidang olahraga memerlukan bidang pariwisata
untuk ikut memajukan bidang olahraga, sedangkan bidang pariwisata juga
memerlukan terobosan-terobosan untuk memajukan bidang pariwisata minat khusus
salah satunya melalui olahraga. Salah satu bidang olahraga yang sangat dekat
dengan bidang pariwisata adalah olahraga rekreasi. Penyelenggaraan berbagai
kegiatan olahraga rekreasi misalnya dalam olahraga tradisional, kesehatan, dan
pariwisata dapat dikemas secara bersama-sama antar lembaga untuk kegiatan
industri olahraga khususnya di Indonesia.
Hubungan antara olahraga dan pariwisata saat ini
menunjukkan perkembangan yang baik dan menguntungkan kedua belah pihak. Industri pariwisata telah mulai mengakui keberadaan sport
tuorism, yaitu pengalaman
perjalanan yang keterlibatan atau melihat kegiatan yang berhubungan dengan olahraga.
Jürgen Schwark (2007) memberi gambaran dari perkembangan sejarah dan hubungan antara
olahraga dan pariwisata, kedua bidang ini akan saling menguntungkan jika di
padukan dalam sebuah bisnis yang dikelola dengan baik.
Konggres pertama tentang sport tourism dilaksanakan pertama kali
pada tahun 2001 yang menghasilkan tentang pentingnya studi khusus tentang sport tourism untuk meningkatkan tingkat
perekonomian suatu wilayah terutama pengembangan daerah tujuan wisata baru.
Pengembangan sport tourism tidak
lepas dari hubungan antara lingkungan,
alam, sejarah, dan budaya yang mencakup
kearifan lokal setempat. Pengembangan
wisata yang berwawasan lingkungan berbasis olahraga harus digalakkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki potensi yang
besar, salah satunya Provinsi Bali yang merupakan tujuan wisata utama di
Indonesia.
Olahraga pada jaman sekarang ini telah menjadi
kebutuhan yang harus terpenuhi oleh manusia karena olahraga selain dapat
membuat badan bugar dan juga jika olahraga dikelola dengan profesional merupakan idustri yang menghasilkan uang yang
cukup banyak atau dengan kata lain jika olahraga dikelola dengan baik merupakan
mata pencaharian yang cukup menjanjikan. Untuk bisa melaksanakan aktivitas
olahraga dengan baik faktor yang tidak boleh dilupakan adalah kemauan dari diri
sendiri untuk melaksanakan olahraga. Menurut Indra Santoso (1998), olahraga
merupakan aktivitas dari manusia yang dilakukan dengan senang dan tanpa ada
pemaksaan dari orang lain. Dasar kegiatan olahraga adalah gerak jasmani sehingga jalan, makan, merayap
merupakan dasar dari gerak jasmani. (Sukintaka
1999).
Inti dari kegiatan olahraga adalah aktivitas bermain
yang dilombakan dan dipertandingkan. Pada kegiatan bermain ditanamkan jiwa
kompetisi yang dilandasi sportifitas,
kejujuran dan fair play, untuk itu
olahraga tidak membedakan jenis kelamin, usia, suku ,ras, agama, dan golongan.
Siapapun diperbolehkan melakukan aktivitas olahraga. Jika olahraga tersebut
mengandung resiko yang tinggi dianjurkan untuk menggunakan alat bantu yang
sesuai dengan standar minimal keselamatan. Menurut Sukintaka (2004) olahraga
merupakan kegiatan yang terorganisir dengan baik atau merupakan atau kegiatan yang bersifat kompetitif. Hal
ini bisa kegiatan yang bersifat menjelajahi alam terbuka ataupun kegiatan
jasmani yang dilaksanakan di perairan. Kegiataan olahraga sangat erat
hubungannya dengan aktivitas jasmani. Sedangkan menurut pasal 1 Undang-Undang
No 3 Tahun 2005 olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk
mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.
Kegiatan pariwisata pada umunya adalah kegiatan
rekreasi yang tidak menghasilkan uang untuk pelakunya. Menurut Suwantoro (1997)
Perjalanan wisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara
seseorang diluar tempat tinggal karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan upah. Sedangkan menurut Nuriata (1999) pariwisata adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya
tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Usaha
peningkatan jumlah kunjungan yang datang ke suatu daerah maka ketersediaanya
sarana pendukung merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi, misalnya:
transportasi, akomodasi, komunikasi, pramuwisata, dan sarana kesehatan yang
memadai. Menurut Lakoni yang dikutip oleh Fandeli (1995) Pariwisata adalah
sektor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapat negara dan masyarakat.
Pembangunan yang terus-menerus dilakukan terhadap sektor pariwisata akan terus
mengangkat sektor-sektor ekonomi lainnya.
Menurut Djulianto Susantio Pariwisata
adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan,
mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga
atau istirahat, menunaikan, tugas dan berziarah. Spillane yang di kutip
Djulianto Susantio membagi pariwisata atas enam jenis khusus, yaitu pariwisata
untuk menikmati perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk
kebudayaan, pariwisata untuk olahraga, pariwisata untuk urusan usaha dagang,
dan pariwisata untuk berkonvensi. Berkaitan dengan pariwisata olahraga dibagi 2
yaitu yang bersifat pasif seperti
Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games. Olahraga pariwisata yang bersifat aktif
seperti yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung,
panjat tebing, berkuda, berburu, rafting, dan memancing.
Menurut North/South
Inter Parliamentary Association (2014) sport
tourism
adalah konsep yang luas, secara umum mengacu pada manfaat pariwisata langsung
dan tidak langsung berhubungan dengan konsumen yang bepergian untuk menonton
dan/atau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga terkait dengan peristiwa. Pelaksanaan
kegiatan olahraga yang dilakukan di alam terbuka, maka faktor keselamatan
merupakan hal pokok yang harus diperhatikan oleh pelaku maupun penyelenggara.
Ada dua macam objek dalam sport tourism
yaitu yang pertama mempekerjakan olahraga demi pengembangan pariwisata, sementara yang lain adalah hasil
dari sport based (Fazele
Homafar, 2011).
Beberapa literatur membagi sport tourism 3 hal yaitu active
sport tourism, event sport tourism, dan nostalgia
sports tourism, diantara ketiga hal tersebut diatas bidang active sports tourism yang paling
berkembang. Menurut Tomik (2013) yang termasuk active sports tourism adalah: hiking,
trekking, biking, canoing, sailing, horse riding, skiing, dan semua
aktivitas fisik yang bersentuhan langsung dengan alam. Menurut Hinch dan Hignam
(2001) sport tourism adalah
perjalanan non komersial yang
dilakukan seseorang dengan tujuan melakukan aktivitas olahraga diluar tempat
tinggalnya. Sport tourism dianggap
sebagai pangsa pasar yang telah mendapat perhatian yang lebih besar dari para
pembuat kebijakan dalam beberapa tahun terakhir. Sport tourism telah difasilitasi antara lain oleh perubahan
teknologi, perubahan sikap sosial, dan meningkatkan aksesibilitas daerah karena
munculnya perjalanan murah melalui udara (North/South Inter Parliamentary
Association, 2014).
Profesi pramuwisata pada saat sekarang ini merupakan
salah satu pekerjaan yang cukup menjanjikan yang sudah mendapatkan perhatian
dari pelaku bisnis pariwisata. Pramuwisata adalah seseorang yang dibayar untuk
menemani wisatawan untuk mengunjungi, melihat dan menyaksikan obyek dan atraksi
wisata (Yoeti 1991). Sedangkan menurut Santosa (1998) pramuwisata adalah
petugas pariwisata yang bertugas memberi petunjuk dan informasi yang diperlukan
oleh wisatawan.
Peranan pramuwisata dalam usaha membuat wisatawan
merasa nyaman tinggal di daerah tujuan wisata sangat besar. Kebutuhan
pramuwisata yang profesional pada saat sekarang ini sangat tinggi, karena
Indonesia sedang menggiatkan kembali bisnis pariwisata yang sempat terpuruk
pada karena bom Bali 2002. Pramuwisata adalah seseorang yang memberi penjelasan
serta petunjuk kepada wisatawan tentang segala sesuatu yang hendak dilihat dan
dirasakan bilamana mereka berkunjung di tempat tujuan wisata (Suwantoro 1997).
Dalam kegiatan olahraga pariwisata seoarang pramuwisata mempunyai tugas pokok
yaitu membuat wisatawan merasa nyaman dan aman berada didaerah tujuan wisata.
Untukmenciptakankenyamananparawisatawan,pemerintahdaerah Bali mengeluarkan
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008 Pasal 4tentang Pramuwisata
menentukan ; Untuk menjadi Pramuwisata wajib memiliki Sertifikat Pramuwisata
dan KTPP yang diterbitkan oleh Gubernur.
Trekking mengacu pada perjalanan dengan
berjalan kaki melalui rute yang telah ditentukan dengan jarak yang panjang
serta jalur yang dilalui masih alami. Aktivitas trekking pada saat ini menunjukan perkembangan yang pesat dengan
semakin aktif wisatawan mencari untuk tantangan yang belum mereka dapatkan
sebelumnya, olahraga ini memerlukan kondisi alam yang menarik, peralatan khusus, dan pemandu yang profesional.
Aktivitas wisata
dengan melakukan trekking merupakan
salah satu jenis petualangan yang
melibatkan eksplorasi atau perjalanan ke daerah-daerah
terpencil di mana wisatawan mengharapkan sesuatu
yang tidak terduga
dengan resiko yang sudah dipikirkan terlebih dahulu dan memerlukan kondisi
fisik yang bagus (Khan 2015).
Wilayah
Kabupaten Buleleng mempunyai karakteristik alam yang berbeda dengan daerah lain
di Provinsi Bali. Wilayah laut dengan bentangan pantai sepanjang 144 km dan pegunungan
yang membentang dari ujung timur sampai ujung barat (secara geografi terletak
pada posisi 8003’40” - 8023’00” lintang selatan dan 114025’55”
– 145027’28” bujur timur). Kabupaten Buleleng berbatasan dengan Kabupaten Jembrana
dibagian barat, Laut Bali di bagian utara, Kabupaten Karangasem dibagian timur
dan di sebelah selatan berhadapan dengan empat kabupaten yaitu: Kabupaten
Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, dan Kabupaten Tabanan. Luas
Kabupaten Buleleng secara keseluruhan 1.365,88 Km² atau 24,25 % dari luas
Provinsi Bali, dimana Kecamatan Gerokgak merupakan Kecamatan terluas yakni
26,11%, Kecamatan Busungbiu seluas 14,40 %, Kecamatan Sukasada dan
Kecamatan Banjar masing-masing 12,66% dan 12,64%, Kecamatan Kubutambahan sebesar
8, 66%, Kecamatan Seririt 8,18%, Kecamatan Tejakula 7,15%, Kecamatan Sawan
6,77% dan Kecamatan Buleleng 3,44% (http://bulelengkab.go.id/index.php
/selayang/ 2/Kondisi-Fisik diakses Tgl 11/62015 9.58).
B.
Metodologi
Penelitian
1.
Jenis
Penelitian, Penelitian ini adalah penelitian
pengembangan.
2.
Cara
Analisis Data, Setelah data terkumpul maka data di
analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Untuk mendapatkan hasil
penelitian Untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dilapangan.
Serta mengetahuihal-hal apa saja yang memiliki urgency yang tinggi sehingga
mendapatkan terwujudnya tenaga pekerja dalam hal ini pramuwisata yang
ideal. Pada tahap uji coba model model
maka digunakan metode kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan fakta, gejala, dan peristiwa
tertentu secara apa adanya, dan bukan untuk menguji suatu hipotesis. Hal
itu dilakukan sebagai dasar untuk melakukan penerimaan, perbaikan atau
penolakan kesimpulan dari konsep atau model yang dikembangkan
C.
Hasil
dan Pembahasan
Penelitian
yang dilaksanakan ini mengungkap tentang pengembangan model pramuwisata
olahraga khususnya trekking di
Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, penelitian ini merupakan kajian yang akan
menghasilkan buku model penyiapan pramuwisata olahraga trekking sebagai pendukung pengembangan sport tourism di Kabupaten Buleleng. Pengembangan model pramuwisata olahraga trekking ini dikembangkan dengan mengacu pada kebutuhan
pengembangan sport tourism di
Kabupaten Buleleng yang sudah dilaksanakan oleh beberapa wilayah di Kabupaten
Buleleng khususnya yang tergabung dalam
kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di beberapa desa yang ada di Kabupaten
Buleleng, kemudian di analisis untuk dicari kelemahan dan kelebihannya.
Kelemahan dan kelebihan tersebut di gunakan sebagai dasar untuk pengembangan
model olahraga trekking yang
dirancang dengan didukung teori-teori pengembangan sport tourism dan pramuwisata melalui beberapa jurnal ilmiah dan
naskah yang telah di terbitkan.
Analisis kebutuhan
untuk mengkaji urgensi dikembangkannya model olahraga trekking sebagai
pendukung sport tourism berlandaskan kearifan lokal di Kabupaten Buleleng. Data
yang berhasil dikumpulkan dalam analisis sebagai berikut ini merupakan
ringkasan yang ditampilkan pada Tabel dibawah ini.
Tabel
4.1
Hasil Analisis
Kebutuhan
No |
Pertanyaan |
Hasil |
1 |
Bagaimana
Topografi alam di Kabupaten Buleleng?. |
Wilayah laut
dengan bentangan pantai sepanjang 144 km dan pegunungan yang membentang dari
ujung timur sampai ujung barat secara geografis terletak pada posisi 8003’40”
- 8023’00” lintang selatan dan 114025’55” – 145027’28”
bujur timur, sehingga hal ini mempunyai potensi alam dan budaya yang berbeda
dengan daerah lain di Provinsi Bali yang mendukung dikembangkan sport tourism berlandaskan kearifan
lokal. |
2 |
Adakah regulasi
yang mengatur tentang pengembangan kepariwisataan di Buleleng?. |
Dapat
disampaikan bahwa regulasi yang digunakan dalam pengembangan pariwisata di
Kabupaten Buleleng adalah UU RI No 5
Tahun 2009, Peraturan daerah Provinsi Bali nomor 5 tahun 2008, Peraturan
daerah Povinsi Provinsi Bali nomor 2 tahun 2012,Renstra Pengembangan
Kepariwisataan di Buleleng. |
3 |
Apa usaha
pemerintah Kabupaten Buleleng dalam pengembangan kepariwisataan?. |
Dapat disampiakn
bahwa pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pariwisata telah melakukan
pembinaan untuk pengembangan SDM dan juga melakukan promosi baik dalam negeri
maupun luar negeri. Pengembangan pariwisata di Kabupaten Buleleng mengacu
pada RENSTRA pengembangan wisata Buleleng, tidak terkecuali dalam
pengembangan sport tourism. |
4 |
Adakah lembaga
yang membidangi pengembangan sport
tourism?. |
Dapat
disampaikan bahwa lembaga yang membidangi pengembangan sport tourism di kabuapten buleleng belum optimal, masih bersifat
individu atau kelompok yang tergabung dalam perusahaan atau POKDAWIS. |
5 |
Apakah ada data
organisasi yang menbidangi sport
tourism?. |
Data tentang
organisasi yang membidangi membidangi sport
tourism yang ada di Buleleng baru sebatas wisata tirta sedangkan olahraga
yang dilaksanakan di pegunungan baru ada di POKDARWIS yang ada dibeberapa
Desa di wilayah Kabupaten Buleleng. |
6 |
Apa keunggulan
kearifan lokal di Kabupaten Buleleng?. |
Kehidupan serta
budaya masyarakat lokal sebagai modal utama dalam pengembangan bisnis
pariwisata yang berlandaskan kearifan lokal. bahwa selama ini potensi
tersebut belum optimal dikelola untuk mendukung pelaksanaan aktivitas
olahraga trekking di wilayah
pengembangan. |
7 |
Apa harapan
masyarakat tentang pengembangan sport
tourism?. |
olahraga trekking berlandaskan kearifan lokal
sebagai pendukung sport tourism di
Kabupaten Buleleng sangat besar peluangnya. Aktivitas trekking yang akan dikembangkan tetap memperdayakan masyarakat
setempat dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. |
8 |
Dalam bentuk apa
peran masyarakat dalam pengembangan sport
tourism?. |
Aktivitas trekking yang akan dikembangkan adalah
memadukan antara aktivitas trekking dan kearifan lokal dengan memperdayakan
masyarakat setempat sebagai pemandu, pengelola, penyedia atraksi, dan
penyedia kuliner. |
Tahap yang berikutnya
adalah penyusunan modul yang mempunyai tujuan untuk memberikan kemudahan
pelaksanaan model pengembangan pramuwisata
olahraga di Kabupaten Buleleng. Ringkasan modul telah tersusun dengan
ringkasan isi modul sebagai berikut.
No |
Jenis Modul |
Materi |
Waktu |
Penyaji |
1 |
Modul 1 |
Pengantar Olahraga Pariwisata |
4 Jam tatap muka |
Akademisi Keolahragaan |
2 |
Modul 2 |
Tugas dan Wewenang Pramuwisata Olahraga |
4 Jam |
Akademisi Pariwisata dan Praktisi |
3 |
Modul 3 |
Teknik Pemanduan |
4 Jam |
Himpunan Pramuwisata Indonesia dan
Praktisi |
4 |
Modul 4 |
Teknik Pertolongan pada Kecelakaan |
4 Jam |
Dokter/tenaga medis |
5 |
Modul 5 |
Pengantar Kearifan Lokal Kabupaten
Buleleng |
4 Jam |
Akademisi/ Budayawan |
Aktivitas
pengembangan industri olahraga pariwisata trekking
berlandaskan lokal baik alam maupun sumber daya manusia yang
dilakukan di daerah tujuan wisata alam merupakan peluang untuk
dikembangkan di daerah tujuan wisata. Perpaduan antara olahraga, kearifan lokal, dan berbasis alam
dengan konsep merupakan konsep industry olahraga yang mampu mengangkat
perekonomian masyarakat local, maupun peningkatan pendapatan asli daerah.
Pengembangan industry olahraga pariwisata tidak bisa dilepaskan dari
ketersediaannya pramuwisata yang professional.
Dasar dari pengembangan dari pramuwisata olahraga dengan
mengoptimalkan potensi local , yaitu aktivitas pengembangan pramuwisata
olahraga yang memperhatikan sumber daya masyarakat local dan pelestarian
lingkungan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No 2 Tahun
2012 yang menyatakan kepariwisataan Provinsi Bali adalah kepariwisataan yang
berlandaskan kepada kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan
falsafah Tri Hita Karana sebagai
potensi utama dengan menggunakan kepariwisataan sebagai wahana aktualisasinya,
sehingga terwujud hubungan timbal balik yang dinamis antara
kepariwisataan, olahraga, dan kebudayaan
yang membuat berkembang secara sinergis, harmonis, dan berkelanjutan untuk
dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, kelestarian budaya dan
lingkungan.
Menurut
Peraturan Daerah Provinsi Bali No 2 Tahun 2012 bahwa penentuan daerah tujuan
wisata di Provinsi Bali menjadi Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus yang selanjutnya
disebut KDTWK, adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis
satu atau lebih wilayah administrasi Desa/kelurahan yang didalamnya terdapat
potensi daya tarik wisata, aksebilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas
umum, dan fasilitas pariwisata secara terbatas serta aktivitas sosial budaya
masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan, namun
pengembangannya sangat dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya pelesatrian
budaya dan lingkungan hidup. Pariwisata di Provinsi Bali yang selama ini
merupakan tiang utama bisnis pariwisata yang ada di Indonesia, salah satu kabupaten adalah Kabupaten Buleleng, diperlukan penyiapan
pramuwisata khusus olahraga berwawasan kearifan local. Kabupaten Buleleng Provinsi
Bali yang selama ini dikenal sebagai daerah yang masih mampu menjaga budaya
leluhur dengan baik. Budaya masyarakat Bali merupakan modal utama dalam bisnis
pariwisata di Provinsi Bali.
D.
Penutup
1.
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
a. Potensi
alam di Kabupaten Buleleng sangat mendukung dikembangan industri olahraga
pariwisata
b. Penyiapan
pramuwisata olahraga di Kabupaten Buleleng harus segera dilaksanakan, karena
hal ini sejalan dengan perencanaan oleh pemerintah Kabupaten Buleleng dalam
pengembanngan pariwisata akan mengoptimkan potensi alam dengan tetap
mempertahankan kearifan local.
c. Modul
yang tersusun merupakan perpaduan antara kearifan local, teknik pemanduan,
penggunaan bahasa asing, dan olahraga pariwisata.
2. Saran
Dari hasil pembahasan maka peneliti
memberi saran sebagai berikut.
a. Bagi
lembaga pemerintah diharapkan lebih mampu menjadikan potensi masyarakat, alam
dan budaya dalam mengembangkan pramuwisata
olahrga Kabupaten Buleleng.
b. Bagi
lembaga keolahragaan Indonesia agar melakukan pengembangan sumber daya manusia
yang siap untuk diserap oleh dunia usaha dan indistri olahraga pariwisata.
c. Bagi
peneliti keolahragaan, peluang bidang penelitian untuk pengembangan industry
olahraga pariwisata di Indonesia masih sangat terbuka
3.
Implikasi
Impilkasi
dari penelitian ini adalah.
a. Secara
teoritis hasil penelitian merupakan pengembangan dari ilmu keolahragaan yang
merupakan satu model penelitian ilmu keolahragaan.
b. Secara
terapan dalam penelitian ini adalah ditemukannya pengembangan model pramuwisata
olahraga di Kabupaten Buleleng, maka hasil ini dapat dijadikan rujukan untuk
pengembangan pramuwisata olahraga di Indonesia.
E.
DAFTAR
PUSTAKA
Choi,Soojin.,Leht, Xinran
Y.,Morrison,AlastairM.,andJang,SooCheong (Shawn).,(2012). Structure of Travel
Planning Processesand Information Use Patterns.Journal of Travel
Research.51(1) 26–40. SAGE PublicationsReprints and
permission:sagepub.com/journalsPermissions.nav. DOI: 10.1177/0047287510394191. http://jtr.sagepub.com.
Hidayat,
syarif (2006)Olahraga Sebagai Pendukung Bisnis Pariwisata. Jurnal IKA Undiksha
Vol 4 No 1 2006
Hidayat,
syarif (2008) Identifikasi
Pengembangan Olahraga Tracking di Kecamatan Sukasada Buleleng. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Sain & Humaniora
Hidayat,
Syarif (2009)Guide for Sport Tourism. Prosidding Internasional Conference on
Sport. UNY
Kesrul
(2004) Panduan Praktis Pramuwisata Profesional. Graha Ilmu. Yogyakarta
Loukaitou-Sideris,Anastasia.andSoureli,
Konstantina. (2012)
Cultural Tourism as an
EconomicDevelopment Strategy for EthnicNeighborhoods Economic
Development Quarterly.26(1) 50–72. Reprints and
permission:sagepub.com/journalsPermissions.nav. DOI: 10.1177/0891242411422902.
http://edq.sagepub.com
Marpaung
(2002). Pengetahuan kepariwisataan. Alfabeta. Bandung.
Nurita,
Tata (1999). Perencanaan Perjalanan Wisata. Depdikbud. Jakarta
North/South Inter Parliamentary Association. (2014).
Sport tourism. Joint Ralse/L&RS paper-1of 2014.
Pemerintah
Republik Indonesia. (2005). Undang-undang
no 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan nasional. Jakarta: Biro Humas dan Hukun Kementerian Negara
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-undang no 10 tahun 2009. tentang kepariwisataan Indonesia. Jakarta: Biro Humas dan Hukun
Kementerian Pariwisata Republik
Indonesia.
Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata, Lembaran Daerah
Provinsi Bali Tahun 2008 Nomor 5 – Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor
3.
Rachel,
Ryan (2012).
Effects
of Ecotourism and Adventure Tourism in the Santa Cruz Province, Argentina (An Undergraduate Thesis). Retrived https://dspace.carthage.edu/bitstream/handle/123456789/311.
Rajmund,
Tomik. (2013). Active sport tourism a survey of student of tourism and
recreation. Journal of Tourism, Recreation & Sport Management, 1(2013), 13-17
Ridwan,
Mohammad. (2012). Perencanaan dan
pengembangan pariwisata. Medan:
Sofmedia.
Rodrigues,Aurea.,Kastenholz, Elisabeth.,dan Rodrigues,
Apolo´ nia.(2010). Hiking As A Wellness Activity An Exploratory Study OfHiking
Tourists In Portugal. Journal of Vacation Marketing16(4) 331–343.Reprints and
permission:sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav.DOI:
0.1177/1356766710380886.jvm.sagepub.com
Santosa
(1998). Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Pustaka Dua. Surabaya
Sukahar,
Anthon (1995). Ekosistem Pesisisr Karakteristik dan Prospeknya untuk Pembangunan
Kepariwisataan Alam. Makalah
Suwantoro,
Gamal (1997). Dasar-Dasar Kepariwisataan. Andi. Yogyakarta
Sukintaka
(2004). Teori Pendidikan Jasmani. Nuansa Cendekia. Bandung
Suyitno, Bambang. (2013). Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata. Yogyakarta: Gava Media.
Singsomboon, Termsak. (2013). Tourism promotion and
the use of lokal wisdom through creative tourism process. International Journal of Business Tourism and Applied Science, 2(2),
32-37
Trekking. Diperoleh pada Januari 16, 2015
dari http://www.onecaribbean.org/content/files/Trekking.
Tanjung
(1995). Ekosistem Laut, Potensi dan Masalahnya untuk Kepariwisataan Alam.
Makalah
Yoeti,
Oka (1991). Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional. Angkasa. Bandung